Pendemi memberikan dampak terhadap semua pelosok kehidupan entah itu presiden, guru, petani, maupun kami para pelajar. Kita tak bisa untuk menyalahkan Tuhan karena itu semua adalah kekuasaannya. Di blog ini saya ceritakan sedikit atas apa yang kami rasakan di dunia pendidikan di Indonesia ketika munculnya pendemi covid ini. Semoga apa yang saya ceritakan di sini bisa kita carikan solusinya bersama-sama.
1. Susah Mengerti
Semua pelajaran kami coba pahami sendiri kami coba mengerti sendiri. Namun itu susah bagi sebagian dari kami. Tiap orang memiliki kemampuan sendiri dalam memahami pelajaran. Ada dari kami yang bisa memahami hanya dengan membaca, ada dari kami yang bisa mengerti hanya dengan mendengar, ada dari kami yang hanya bisa mengerti apabila di terangkan di satu ruang dan waktu. sudah habis kiloan, megaan, bahkan gigaan kuota internet, yaa...... memang itu kuota dari pemerintah, tetap saja tak membuat semua orang bisa mendapat ilmu dari apa yang ia pelajari.
2. Kecurangan mah bebas
Namanya saja sekolah/kuliah online, ujiannya aja di hp/leptop. ada kuota internet juga malahan. mbah google juga lagi goodmood. Kami mah bisa apa atuh...? ya bisa semuanya. Ini pengalaman dari adek saya. Dia masih sekolah dasar. Alhamdulillah sebelum adanya covid-19 masih di 10 besar terbaik di kelas. Saat corona bersilaturahmi di Indonesia dia jatuh ke rangking belasan dikelas. lain cerita, ada juga tetangga saya yang menuturkan begini, "dulu anak saya nggak pernah ada nilai 100 di rapornya. sekarang hampir semua seratus". amajing bukan??? ada yang tahu apa yangterjadi sebenarnya?
Hal demikian dapat terjadi karena yang sekolah bukan lagi sang anak, tapi orang tuanya. Saya berani mengatakan begini karena hal itu memang saya lihat di lingkungan saya sendiri, terkadang juga di rumah saya sendiri. Ada anak yang tak tahu dengan apa tugas yang diberikan oleh gurunya. kenapa?? karena orang tuannya lah yang mengurus semua tugasnya. Semoga ini tak berlangsung lama sampai episode tahun berikutnya... Aamiin Ya Allah
3. 4G juara
Ya
Ini yang saya sendiri rasakan. Saya seorang mahasiswa di sebuah Universitas di Sumatera Barat. Saya sangat merasakan bahwa nilai tergantung kualitas sinyal. Sudah hampir semua operator saya coba di rumah saya. semua sama aja zonk nya. mau gimana lagi rumah saya yang masih berada di semirimba....wkwkwk. Dapat dikatakan susah sinyal. Nilai yang saya dapatkan itu hanya pas pasan, tapi saya syukuri semua itu kehendak Allah. dan pasti ada kebaikan dibalik semua itu. Setiap mau presentasi rasa cemas mengalir lancar mengalahkan koneksi internet saya yang sering up-down (naik turun). Gimana mau dapat nilai bagus kalau sering keluar masuk sendiri dari room kelas online. kalau seandainya lagi offline. mungkin semua dosen bakal mengenal saya dengan MABA, S.Ke.Ma (Mahasiswa Baru Sering Keluar masuk) bisa-bisa saya jadi paling cepat keluarnya, jalur undangan....wkwkwk DO maksudnya.
Mungkin itu sedikit cerita dari kami pelajar indonesia. Apabila ada dari teman- teman yang memiliki cerita lainnya mungkin bisa tulis di komentar
SEMANGAT MENUJU NORMAL KEMBALI